1. Latar Belakang Terbentuknya
Filsafat Yunani Kuno
Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata
Yunani disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan
bisa dipastikan adalah filsafat. Ia ibarat
pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa
hingga sekarang. Ilmu pada zaman Yunani abad ke 6-7 SM lahirlah filsafat yang
dikenal dengan the greek miracle. Latar belakang terbentuknya filsafat Yunani
kuno adalah adanya mitologi Yunani kuno. Mitologi ini di angggap sebagai
perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan
untuk mengerti. Orang yunani selalu bertanya-tanya tentang hal-hal aneh seperti
apa asal usul alam semesta?, bagaimana kehidupan itu tercipta?. Dari pertanyaan-pertanyaan itulah muncul
jawaban-jawaban yang di anggap sebagai filsafat. Selain itu, di Yunani ada
sebuah puisi yang berjudul ILIAS dan ODYSEA yang ditulis oleh HOMERUS.
Syair-syair dalam puisi tersebut mempunyai tempat yang khusus bagi masyarakat
Yunani. Puisi tersebut di anggap memiliki nilai edukatif karena sangat digemari
masyarakat. orang Yunani juga tak bias lepas dari sumbangsih orang Timur Kuno.
Mereka mendapat beberapa unsure ilmu pengetahuan dari Timur Kono seperti ilmu
ukur dan ilmu hitung yang sangat berpengaruh kedalam ilmu astronomi bagi
masyarakat Yunani. Tetapi, orang Yunani telah mengolah ilmu tadi dengan cara
yang luar biasa sehingga orang Yunani di anggap sehingga pencipta ilmu yang
benar-benar ilmiah.
2. Zaman Yunani Kuno
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan
ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan
filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai
mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap
receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an
inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis).
Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah
menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa.
3. Perkembangan Sains
Menurut Thales (624-548 SM),
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan
tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Thales adalah seorang
saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur
dan membawanya ke Yunani. Thales berprinsip
bahawa air adalah dasar segala sesuatu. Thales menyatakan bahwa air
adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari
segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya
sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala
bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi
terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai
bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di
atasnya. Selain itu Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya
memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda
mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme.
4. Perkembangan Sains
Menurut Anaximandros (610-546 SM)
Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos
dan merupakan murid dari Thales. Pemikiran-Pemikiran Anaximandros adalah to
apeiron sebagai prinsip dasar segala sesuatu.To apeiron berasal dari bahasa
Yunani a=tidak dan eras=batas. Ia merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar
segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala
sesuatu. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad
raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering
dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada prinsip ini juga semua pada
akhirnya akan kembali. Dengan prinsip to apeiron, Anaximandros membangun pandangannya tentang alam semesta. Menurut
Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang
terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang dingin sehingga yang
dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu terjadilah yang cair
dan beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api yang membalut yang dingin
itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut berputar-putar
kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan, dan
bintang-bintang. Bumi dikatakan
berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya.
Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada pusat jagad raya, dengan jarak
yang sama dengan semua benda lain.
5. Perkembangan Sains
Menurut Phytagoras (582 SM– 496 SM),
Pythagoras, adalah seorang matematikawan dan filsuf
Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.Dikenal sebagai "Bapak
Bilangan", dia memberikan sumbangan yang
penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM.
Salah satu peninggalan Pythagoras yang
terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa
dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari
kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).
6. Perkembangan Sains
Menurut Herakleitos (535-475 SM)
Herakleitos diketahui berasal dari Efesus di Asia Kecil.
Ia hidup di sekitar abad ke-5 SM (540-480 SM). Pemikiran Herakleitos yang
paling terkenal adalah mengenai perubahan- perubahan di alam semesta. Menurut
Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau
permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya berada di dalam
proses menjadi. Ia terkenal dengan ucapannya panta rhei kai uden menei yang berarti,
"semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap."
Perubahan yang tidak ada henti-hentinya itu dibayangkan Herakleitos dengan dua
cara: seluruh kenyataan adalah seperti aliran sungai yang mengalir dan seluruh
kenyataan dengan api. Segala sesuatu yang terus berubah di alam semesta dapat
berjalan dengan teratur karena adanya logos.Logos adalah rasio yang menjadi
hukum yang menguasai segala-galanya dan menggerakkan segala sesuatu, termasuk
manusia. Logos juga dipahami sebagai
sesuatu yang material, namun sekaligus melampaui materi yang biasa. Menurut
Herakleitos, tiap benda terdiri dari yang berlawanan. Meskipun demikian, di
dalam perlawanan tetap terdapat kesatuan. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa
'yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah satu. Herakleitos menegaskan
prinsip ini di dalam kalimat yang terkenal: "Perang adalah bapak segala
sesuatu." Perang yang dimaksud di sini adalah pertentangan. Melalui ajaran
tentang hal-hal yang bertentangan tetapi disatukan oleh logos, Herakleitos disebut
sebagai filsuf dialektis yang pertama di dalam sejarah filsafat.
7 .Perkembangan Sains
Menurut Parmenides (540-475 SM)
Parmenides adalah seorang filsuf dari Mazhab Elea ia
berpendapat bahwa segala sesuatu "yang ada" tidak berubah. Parmenides
menuliskan filsafatnya dalam bentuk puisi. Pemikiran Parmenides tentang
"Yang Ada". Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah
keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu ada". Menurut Parmenides,
"yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak bergerak,
tidak berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu, "yang ada" itu
juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal, "yang ada" adalah
kebenaran yang tidak mungkin disangkal. Bila ada yang menyangkalnya, maka ia
akan jatuh pada kontradiksi.
8. Perkembangan Sains
Menurut Protagoras
Protagoras adalah seorang filsuf yang termasuk golongan
sofis. Ia termasuk salah seorang sofis pertama dan juga yang paling terkenal.
Selain sebagai filsuf, ia juga dikenal sebagai orator dan pendebat ulung.
Ditambah lagi, ia terkenal sebagai guru yang mengajar banyak pemuda pada zamannya. Protagoras
berasal dari Abdera yang terletak di pantai utara Laut Aegea. Ia hidup antara
tahun 490 SM - 420 SM. Di dalam buku yang berjudul "Kebenaran",
Protagoras menyatakan bahwa : "Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya:
untuk hal-hal yang ada sehingga mereka ada, dan untuk hal-hal yang tidak ada
sehingga mereka tidak ada."
9. Perkembangan Sains Menurut Gorgias
(483-375 SM)
Menurutnya, penginderaan tidak dapat dipercaya. Ia adalah
sumber ilusi. Akal juga tidak mampu meyakinkan kita tentang alam semesta karena
akal kita telah diperdaya oleh dilema subyektifitas. Pengaruh positif gerakan
kaum sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semangat berfilsafat.
Mereka tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika.
10. Perkembangan Sains
Menurut Socrates (470-399SM)
Socretes adalah filsuf dari Athena, Yunani. ia lahir di
Athena dan merupakan generasi pertama
dari tiga ahli filsuf besar Yunani. sebenarnya filsafat Socretes ini tidak ada
bukti nyatanya. Filsafatnya ditemukan dalam catatan yang ditulis oleh muridnya
yaitu Plato dan Xenophanes. Dalam hidupnya, ia selalu berkeliling di sekitar
tempat tinggalnya dan berdiskusi dengan masyarakat tentang filsafat. Ia
melakukan hal tersebut dikarenakan untuk membenarkan suara gaib yang didengar
oleh temannya bahawa tidak ada orang yang lebih
bijak dari Socretes. Tapi ia merasa pernyataan tersebut keliru, maka ia
mengajak masyarakat berdiskusi tentang
hal tersebut. Cara itulah yang ia namakan dengan metode kebidanan. Maksudnya
yaitu ia memakai analogi kebidanan yang membantu proses kelahiran dengan
caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang
dan dalam. Cara berfilsafat inilah yang menimbulkan sakit hati terhadap
Socretes karena Socretes menganggap orang-orang selain dirinyatidak bijak. Rasa
sakit itulah yang membawanya kepada kematian. Ia dituduh karena merusak
generasi muda dengan filsafat-filsafatnya tersebut.
11. Perkembangan Sains
Menurut Plato ( 429SM-347SM)
Plato adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani dan
pendiri Akademi Platonik di Athena. Plato berpendapat bahwa ide tidak
diciptakan oleh pemikiran manusia tetapi
pikiran manusialah yang bergantung kepada ide. Dari ide tersebutlah
lahir pandangannya tentang karya seni dan keindahan. Karya seni dianggapnya hanyalah
tiruan dari realita, realita tiruan dari asli, yang asli terdapat dalam ide.
Begitu pun dengan keindahan. Ia menganggap keindahan hanyalah keindahan semu
dan merupakan tingkat yang yang lebih rendah. Ia menarik kesimpulan bahwa ide
jauh lebih unggul, baik, lebih indah dari pada yang nyata.
12. Perkembangan Sains
Menurut Aristoteles (384 – 322 SM)
Aristoteles
adalah seorang filsuf Yunani, ia lahir di Stagira, Yunani. ia adalah murid
Plato. Aristoteles merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Aristoteles
menyatakan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada. Semua benda
bergerak menuju satu tujuan. Karena benda tidak dapat bergerak dengan
sendirinya maka harus ada penggerak dimana
penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada
penggerak pertama yang kemudian disebut TUHAN. Aristoteles sangat menekankan
empiris untuk menekankan pengetahuan. Ia
mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Aristoteles adalah sumber utama
ilmu pengetahuan karena luasnya lingkup karya-karyanya, ia dianggap
berkontribusi dalam skala ensiklopedisdimana kontribusinya melingkupi
bidang-bidang yang sangat beragam seperti: fisika, astronomi, biologi,
psikologi, metafisika, logika, etika, politik, teori tentang retorika dan
puisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar