بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Minggu, 16 November 2014

PERKEMBANGAN SAINS ZAMAN YUNANI KUNO

1. Latar Belakang Terbentuknya Filsafat Yunani Kuno
            Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa dipastikan adalah filsafat. Ia ibarat  pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Ilmu pada zaman Yunani abad ke 6-7 SM lahirlah filsafat yang dikenal dengan the greek miracle. Latar belakang terbentuknya filsafat Yunani kuno adalah adanya mitologi Yunani kuno. Mitologi ini di angggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Orang yunani selalu bertanya-tanya tentang hal-hal aneh seperti apa asal usul alam semesta?, bagaimana kehidupan itu tercipta?. Dari  pertanyaan-pertanyaan itulah muncul jawaban-jawaban yang di anggap sebagai filsafat. Selain itu, di Yunani ada sebuah puisi yang berjudul ILIAS dan ODYSEA yang ditulis oleh HOMERUS. Syair-syair dalam puisi tersebut mempunyai tempat yang khusus bagi masyarakat Yunani. Puisi tersebut di anggap memiliki nilai edukatif karena sangat digemari masyarakat. orang Yunani juga tak bias lepas dari sumbangsih orang Timur Kuno. Mereka mendapat beberapa unsure ilmu pengetahuan dari Timur Kono seperti ilmu ukur dan ilmu hitung yang sangat berpengaruh kedalam ilmu astronomi bagi masyarakat Yunani. Tetapi, orang Yunani telah mengolah ilmu tadi dengan cara yang luar biasa sehingga orang Yunani di anggap sehingga pencipta ilmu yang benar-benar ilmiah.
2. Zaman Yunani Kuno
            Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima  pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu  pengetahuan modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa.
3. Perkembangan Sains Menurut Thales (624-548 SM),
            Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani. Thales berprinsip  bahawa air adalah dasar segala sesuatu. Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Selain itu, ia  juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai  bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya. Selain itu Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme.
4. Perkembangan Sains Menurut Anaximandros (610-546 SM)
            Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales. Pemikiran-Pemikiran Anaximandros adalah to apeiron sebagai prinsip dasar segala sesuatu.To apeiron berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan eras=batas. Ia merupakan suatu  prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali. Dengan prinsip to apeiron, Anaximandros membangun  pandangannya tentang alam semesta. Menurut Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api yang membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan, dan bintang-bintang. Bumi dikatakan  berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada pusat jagad raya, dengan jarak yang sama dengan semua benda lain.
5. Perkembangan Sains Menurut Phytagoras (582 SM–  496 SM),
            Pythagoras, adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang  penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Salah satu  peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).
6. Perkembangan Sains Menurut Herakleitos (535-475 SM)
            Herakleitos diketahui berasal dari Efesus di Asia Kecil. Ia hidup di sekitar abad ke-5 SM (540-480 SM). Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai perubahan- perubahan di alam semesta. Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Ia terkenal dengan ucapannya panta rhei kai uden menei yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap." Perubahan yang tidak ada henti-hentinya itu dibayangkan Herakleitos dengan dua cara: seluruh kenyataan adalah seperti aliran sungai yang mengalir dan seluruh kenyataan dengan api. Segala sesuatu yang terus berubah di alam semesta dapat berjalan dengan teratur karena adanya logos.Logos adalah rasio yang menjadi hukum yang menguasai segala-galanya dan menggerakkan segala sesuatu, termasuk manusia. Logos  juga dipahami sebagai sesuatu yang material, namun sekaligus melampaui materi yang biasa. Menurut Herakleitos, tiap benda terdiri dari yang berlawanan. Meskipun demikian, di dalam perlawanan tetap terdapat kesatuan. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa 'yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah satu. Herakleitos menegaskan prinsip ini di dalam kalimat yang terkenal: "Perang adalah bapak segala sesuatu." Perang yang dimaksud di sini adalah pertentangan. Melalui ajaran tentang hal-hal yang bertentangan tetapi disatukan oleh logos, Herakleitos disebut sebagai filsuf dialektis yang pertama di dalam sejarah filsafat.
7 .Perkembangan Sains Menurut Parmenides (540-475 SM)
            Parmenides adalah seorang filsuf dari Mazhab Elea ia berpendapat bahwa segala sesuatu "yang ada" tidak berubah. Parmenides menuliskan filsafatnya dalam bentuk puisi. Pemikiran Parmenides tentang "Yang Ada". Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu ada". Menurut Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu, "yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal. Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh  pada kontradiksi.
8. Perkembangan Sains Menurut Protagoras
            Protagoras adalah seorang filsuf yang termasuk golongan sofis. Ia termasuk salah seorang sofis pertama dan juga yang paling terkenal. Selain sebagai filsuf, ia juga dikenal sebagai orator dan pendebat ulung. Ditambah lagi, ia terkenal sebagai guru yang mengajar  banyak pemuda pada zamannya. Protagoras berasal dari Abdera yang terletak di pantai utara Laut Aegea. Ia hidup antara tahun 490 SM - 420 SM. Di dalam buku yang berjudul "Kebenaran", Protagoras menyatakan bahwa : "Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya: untuk hal-hal yang ada sehingga mereka ada, dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga mereka tidak ada."
9. Perkembangan Sains Menurut Gorgias (483-375 SM)
            Menurutnya, penginderaan tidak dapat dipercaya. Ia adalah sumber ilusi. Akal juga tidak mampu meyakinkan kita tentang alam semesta karena akal kita telah diperdaya oleh dilema subyektifitas. Pengaruh positif gerakan kaum sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semangat berfilsafat. Mereka tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika.
10. Perkembangan Sains Menurut Socrates (470-399SM)
            Socretes adalah filsuf dari Athena, Yunani. ia lahir di Athena dan merupakan generasi  pertama dari tiga ahli filsuf besar Yunani. sebenarnya filsafat Socretes ini tidak ada bukti nyatanya. Filsafatnya ditemukan dalam catatan yang ditulis oleh muridnya yaitu Plato dan Xenophanes. Dalam hidupnya, ia selalu berkeliling di sekitar tempat tinggalnya dan berdiskusi dengan masyarakat tentang filsafat. Ia melakukan hal tersebut dikarenakan untuk membenarkan suara gaib yang didengar oleh temannya bahawa tidak ada orang yang lebih  bijak dari Socretes. Tapi ia merasa pernyataan tersebut keliru, maka ia mengajak masyarakat  berdiskusi tentang hal tersebut. Cara itulah yang ia namakan dengan metode kebidanan. Maksudnya yaitu ia memakai analogi kebidanan yang membantu proses kelahiran dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan dalam. Cara berfilsafat inilah yang menimbulkan sakit hati terhadap Socretes karena Socretes menganggap orang-orang selain dirinyatidak bijak. Rasa sakit itulah yang membawanya kepada kematian. Ia dituduh karena merusak generasi muda dengan filsafat-filsafatnya tersebut.
11. Perkembangan Sains Menurut Plato ( 429SM-347SM)
            Plato adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani dan pendiri Akademi Platonik di Athena. Plato berpendapat bahwa ide tidak diciptakan oleh pemikiran manusia tetapi  pikiran manusialah yang bergantung kepada ide. Dari ide tersebutlah lahir pandangannya tentang karya seni dan keindahan. Karya seni dianggapnya hanyalah tiruan dari realita, realita tiruan dari asli, yang asli terdapat dalam ide. Begitu pun dengan keindahan. Ia menganggap keindahan hanyalah keindahan semu dan merupakan tingkat yang yang lebih rendah. Ia menarik kesimpulan bahwa ide jauh lebih unggul, baik, lebih indah dari pada yang nyata.
12. Perkembangan Sains Menurut Aristoteles (384 – 322 SM)
            Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, ia lahir di Stagira, Yunani. ia adalah murid Plato. Aristoteles merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Aristoteles menyatakan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada. Semua benda bergerak menuju satu tujuan. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana  penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang kemudian disebut TUHAN. Aristoteles sangat menekankan empiris untuk menekankan  pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan  penglihatan. Aristoteles adalah sumber utama ilmu pengetahuan karena luasnya lingkup karya-karyanya, ia dianggap berkontribusi dalam skala ensiklopedisdimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam seperti: fisika, astronomi, biologi, psikologi, metafisika, logika, etika, politik, teori tentang retorika dan puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar